Rabu, 25 April 2012

Sisi Lain Facebook

Setiap apapun yang diciptakan di dunia ini pasti mempunyai sisi baik dan sisi buruknya. Seperti keping mata uang yang memiliki 2 sisi. Yang membedakan hanyalah persentage dari kebaikan dan keburukan itu sendiri. Kali ini “facebook” yang begitu mendunia juga mulai menuai sisi buruknya.
Pertama kali saya mengetahui sisi buruk dari facebook melalui koran. Disitu dikatakan ada seorang wanita yang ditemukan tewas dirumahnya. Selidik punya selidik ternyata pembunuhnya adalah suaminya (yang pada saat itu mereka tengah mengurus perceraian). Setelah polisi berhasil menangkap sang suami dan diinterogasi, sang suami pun dengan entengnya berkata alasan mengapa ia membunuh sang istri “karena saya melihat statusnya di facebook adalah single”. Nah lo?
Memang, semua itu
tergantung dari kepribadian seseorang. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa situs jejaring sosial yang sedang menjamur sekarang mulai menuai efek negatif nya. Begitu banyak ulasan-ulasan baik di televisi maupun media cetak tentang hal ini. Dibawah ini saya mencoba mengumpulkan beberapa informasi mengenai efek negatif dari “facebook”.
Deman Facebook membuat seorang pekerja wanita yang tidak disebutkan namanya di sebuah perusahaan asuransi Nationale Suisse, Zurich kehilangan pekerjaannya.  Hal ini terjadi pada hari Jum’at lalu (24/4) disaat sang karyawati  tersebut tidak bisa masuk kantor dan bekerja didepan komputer dengan alasan sedang sakit dan butuh istirahat.
Namun pada hari disaat sang karyawati tidak masuk kantor, sang atasan karyawati di perusahaan asuransi tersebut melakukan pengecekan pada akun Facebook-nya, yang ternyata akun Facebook si karyawati sedang aktif … Nah loh, katanya sakit dan tidak dapat bekerja didepan komputer ? :D
Tidak ada ampun buat sang karyawati , ia langsung dipecat dari perusahaan . Namun sang karyawati tidak menerima pemecatan tersebut, ia beralasan bahwa akun Facebook tersebut diaktifkan melalui ponselnya dan menuduh atasannya  memata-matainya.
Perusahaan asuransi tempat karyawati bekerjapun membantah dan menyatakan bahwa perusahaan telah lama memantau  aktivitas Facebook sang karyawati disaat sedang jam kerja, yaitu  sejak bulan November 2008 lalu, sebelum akhirnya jaringan sosial Facebook tersebut di blok oleh perusahaan.
Teknologi selalu dikaitkan dengan pornografi, simak yang berikut ini :
Seorang guru matematika di Inggris tega merusak murid-muridnya sendiri. Dia memanfaatkan situs jejaring sosial Facebook dan Bebo untuk merayu korban melakukan hubungan intim.
Dikutip detikINET dari Daily Mail, Rabu (11/3/2009), tersangka bernama Ryan Stewart ini punya relasi seksual dengan lebih dari empat anak didiknya. Para korban berusia 15 sampai 17 tahun. Pada polisi, Stewart mengaku bisa bergaul akrab dengan para murid mengingat ia sendiri masih berusia muda. Dia membuat profil di Facebook di mana dia menyebut diri sebagai Mr E Man.
Dari situ, dia melancarkan aksi rayuan. Selain situs jejaring, tersangka juga memakai e-mail untuk menjerat korban. Misalnya, ia mengirim email yang berisi pesan rayuan ‘Kamu sungguh mengagumkan’. Meski telah berulangkali diperingatkan, dia tetap nekat melakukan aksinya sampai menjurus tindakan tidak senonoh. Dia pun ditangkap dan dijatuhi hukuman 33 bulan penjara.
Efek negatifnya juga menyerang ke segi kepribadian seorang manusia (secara jujur saya mengakui sempat mengalami hal ini untuk beberapa waktu). Check this!
Naiknya kadar narsis pada remaja, yang sedang mengalami masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Mereka membesar-besarkan prestasi dan berharap orang lain menghujani pujian. Atau membesar-besarkan masalah sehingga mendapatkna empati oranglai. Pengidap narsistik bersifat self-absorbed dan kurang memiliki empati pada orang lain.Istilah narsis berasal dari mitologi Yunani. Dikisahkan seorang pemuda bernama Narcissus jatuh cinta pada bayangannya sendiri, karena ia dikutuk oleh dewi yang cintanya ditolak. Gangguan kepriadian di mana pengidapnya mencintai diri sendiri secara berlebihan, kemudian dikenal sebagai narcisstic personality disorder.
Di sisi lain, remaja-remaja jaman sekarang cenderung “bermental selebritis.” Artinya mereka ingin kelihatan gelamor, hebat, populer, memiliki banyak penggemar dan seterusnya. Nah, kedua hal ini, yaitu “mental selebritis” dan jaringan sosial internet, bisa saling mendukung. Maka hal-hal yang remeh-temeh pun mulai diungkapkan di jaringan sosial internet. Misalnya warna baju yang ingin dipakai besok pagi atau foto terbaru pada jam tersebut.
Memang tidak ada yang salah dengan hal-hal tersebut. Namun ada satu hal yang masih terlewatkan oleh sebagian orang, terutama kaum remaja. Bahwa sebuah kemudahan biasanya mengandung resiko yang lebih besar. Ada dua resiko yang bisa muncul. Pertama, jaringan sosial internet menjadi candu yang menyedot waktu dan energi penggunanya. Kedua, jaringan sosial internet menjadi “malpraktek” mode komunikasi.
Belum lagi konsentrasi terpecah sehingga menimbulkan keteledoran yang bersifat fatal. Seperti ini misalnya :
Seorang pegawai kantor berangkat ke mesin ATM pada saat makan siang untuk melakukan transaksi. Di sepanjang perjalanan menuju mesin ATM tersebut, dia tidak henti-hentinya tertawa cekikikan membaca komentar beberapa teman di facebook.Nah, setelah sampe di mesin ATM langsung saja dia menggunakan kartu ATM untuk melakukan transaksi namun sepertinya konsentrasinyau masih tertuju pada facebook. Setelah mengambil sejumlah uang tanpa sadar tangannya bergerak memainkan HP kembali dan pergi menuju tempat parkir.
Sewaktu sampai di tempat parkir barulah dia menyadari bahwa kartu ATM tertonggal di mesin ATM. Langsung berlari menuju tempat ATM, namun disana tidak lagi ditemukan kartu ATM nya. Kemudian kembali mengecek dompet lalu membuka satu persatu isi dompet, barangkali tadi telah dimasukkan di situ. Namun ATM tidak juga ditemukan.
Tapi ada satu hal lagi yang kurang mendapat perhatian, yaitu mengaburnya batas antara ruang pribadi dengan ruang sosial. Ruang privasi yang seharusnya dijaga dengan baik dan rahasia, justru kita umbar tanpa disadari. Dengan mudahnya kita menaruh nomor ponsel, alamat lengkap dan info-info pribadi kita dalam profil facebook dan semua orang bebas melihatnya. Belum lagi masalah-malsalh pribadi yang sevara tidak sengaja kita katakan di status. Mungkin anda beranggapan bahwa yang melihat hanya teman anda. Okey, sekarang saya tanya, apakah teman facebook itu benar-benar teman anda dalam dunia real yang anda kenal dengan baik? Atau apakah dia hanyalah sekedar seseorang yang meng-add anda sebagai teman dan anda dengan mudah meng approve nya?
Ingat, privasi adalah hak asasi dan dilindungi oleh negara. Jadi jangan terlalu mudah mengekspos diri anda. Kalau Gene Hackman masih bisa mengatakan “privasi yang kita miliki tinggal sebatas apa yang ada dalam kepala kita” sekarang mungkin itu sudah tak berlaku lagi.

0 komentar:

Posting Komentar