Writer Vs Drawer, siapa yang menang. sumber |
Seperti judul di atas. Sedikit orang yang tahu bahwa kedua
kata kerja tersebut merupakan hobi baru saya. Coba kita lihat gambar di samping, kira-kira siapa yang akan menang? Hayo?? Siapa? Kalau menurut saya sih, yang akan menang si Drawer. Karena kenapa? Karena itu gambar bukan tulisan. Bisa saja itu merupakan sindiran si drawer bagi si writer yang belum tentu bisa menggambar, makanya ia gambarkan gambar di samping. Tapi kalau dipikir-pikir, si writer mungkin juga bisa menang, kenapa? Karena saya juga menjelaskan gambar itu dengan tulisan.
Ya... jadi bisa dibilang seri sih...
Sejak zaman dahulu, tulisan dan lukisan sudah hidup berdampingan
gambar di dinding goa kei, flores sumber |
menulis sudah ada sejak zaman dahulu sumber |
A: Bro,
boleh minta tolong gak?
B: Tapi
apaan dulu?
B: Lah
emangnya nape? Lo kan ada HP. HP lo lebih canggih lagi dari gue.
A: Iya sih…
lebih canggih… tapi masalahnya tulisan gue jelek…
B: Lo udah pernah nelen peluru belum?
Yah…
begitulah… Gak lucu? Biarin…
Raditya Dika Sumber |
John Steinbeck sumber |
sampul novel The Grapes of Wrath sumber |
yang dipuji karena novelnya yang berjudul
poster film finding forester sumber |
ng mengisahkan tentang kecintaan pada dunia buku dan tulisan mengajarkan kepada anda dan saya bagaimana memulai sesuatu. William Forester dalam film ini adalah seorang peraih penghargaan sastra tertinggi di Amerika. Dan bagian yang mengesankan dalam film ini adalah nasihatnya kepada sahabatnya “Pertama-tama tulis konsep tulisan dengan hatimu. Lalu, tulis kembali konsep tersebut dengan kepalamu. Factor utama dalam menulis adalah menulis, bukan berpikir.”
Menarik bukan? Artikel tadi saya ambil dari sebuah surat
kabar local di Sulawesi Utara. Itu sangat mengesankan bagi saya dan sangat
inspiratif. Saya mulai menirukan kebiasaan John Steinbeck dan pemikiran tokoh
William Forester namun, memang sangat tidak mudah untuk melakukannya. Tapi bila
direnungkan semua itu ada dalam pikiran kita. Intinya dari kutipan tadi itu
adalah kita dalam berkarya bukan berpikir, tapi take action dsambil menulis artikel ini saya teringat salah satu
iklan rokok di Indonesia dengan semboyannya “Talk Less Do More” dalam iklan tersebut terdapat poster yang
memperlihatkan bagaimana sebuah tim rugby
yang sedang berunding tapi tak kunjung usai sementara tim lawannya sudah
siap dan keberatan dengan lawannya yang terus berunding menunda-nunda
permainan.
Konsep
tadi itu pertama-tama saya terapkan pada hobi saya yang lain, yaitu menggambar.
Bangun tidur saya beranjak mengambil sketch
book dan pensil untuk memulai membuat sketsa, lalu saya melakukan aktivitas
lain termasuk mandi dan sorenya atau mungkin besoknya saya menyelesaikan gambar
tersebut. Sangat berat bagi saya untuk menerapkannya dalam menggambar. Lalu
saya terpikir, saya masih mempunyai satu blog yang sudah lama saya tidak otak
atik. Lalu saya mulai membuat artikel “Hello world (again)” lalu muncul
artikel-artikel lainnya yang menggunakan konsep seperti tadi, tapi memang masih
awal-awal saya masih belum dapat sepenuhnya menerapkan konsep tersebut.
sumber |
“ribuan langkah dimulai dengan satu langkah”
Drawing Vs Writing